BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan surga ditunjukkan dengan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dari al-Qur’an, di antaranya adalah firman Alloh subhanahu wata’ala, artinya,
عِندَهَا جَنَّةُ
الْمَأْوَى عِندَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى
“Dan sesungguhnya Muhammad telah
melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di
Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15)
Disebutkan di dalam as-Shohihain (riwayat al-Bukhori dan Muslim) dari
hadits Anas rodhiyAllohu ‘anhu dalam kisah Isro’ Mi’raj bahwa Nabi Muhammad melihat
Sidrotil Muntaha dan melihat di sisinya ada Jannatul Ma’wa. Beliau bersabda,
“Kemudian Jibril membawaku pergi
hingga berhenti di Sidrotil Muntaha, maka Sidrotil Muntaha itu diliputi
warna-warni yang aku sendiri tidak mengetahui apa itu. Lalu beliau bersabda,
“Kemudian aku masuk ke dalam surga dan ternyata di dalamnya bertahtakan mutiara
dan debunya terbuat dari misik.”
(HR al-Bukhori dan Muslim)
Dan di dalam riwayat lain dari Ibnu Umar rodhiyAllohu ‘anhu, Rasululloh
shollAllohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya salah seorang di
antara kalian apabila mati maka akan diperlihatkan kepadanya tempat kembalinya
setiap pagi dan sore. Kalau diperlihatkan bahwa dia termasuk penghuni neraka,
maka dia akan menjadi penghuni neraka. Dan Jika diperlihatkan sebagai penghuni
surga, maka dia akan menjadi penghuni surga. Lalu dikatakan, “Inilah tempatmu
hingga Alloh membangkitkanmu pada hari Kiamat.” (HR al-Bukhori dan Muslim)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits yang menunjukkan bahwa surga
adalah makhluk Alloh subhanahu wata’ala yang telah diciptakan, sebagaimana pula
dengan neraka. Maka orang yang menyelisihi keyakinan ini adalah termasuk ahli
bid’ah, seperti mu’tazilah yang mengatakan bahwa surga belum diciptakan, tetapi
baru diciptakan pada hari Kiamat kelak.
B. Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji calon-calon penghuni surga dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
BAB II
CALON-CALON PENGHUNI SURGA
A.
CALON-CALON PENGHUNI SURGA
Ø Surat Al- Ahqaf ayat 15
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ
بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً
وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ
وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ
صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي
ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah
payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa, dan
umumya sampai empat puluh tahun ia berdoa : Ya, Tuhanku tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhoi,
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau
dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Ø Surat Al- Ahqaf ayat 16
وْلَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ
عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَن سَيِّئَاتِهِمْ فِي
أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ
الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
"Mereka itulah orang-orang yang
diterima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan, dan Kami ampuni
kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni penghuni Surga, sebagai janji yang
benar yang telah Kami janjikan kepada mereka"
Mengikuti ayat tersebut, kita memperoleh kesimpulan tentang siapakah
orang yang bakal masuk Surga.
1.
Orang yang berbuat baik kepada ibu
bapaknya
2.
Orang yang pandai bersyukur kepada
Allah atas segala nikmat yang diterimanya.
3.
Orang yang beramal saleh dengan
mengharap ridho Allah.
4.
Orang yang bertaubat atas segala
kesalahan yang pernah dia lakukan.
5.
Orang yang berserah diri hanya
kepada Allah saja.
ldealnya, kita bisa mengerjakan kelima hal tersebut dalam kehidupan kita.
Maka Insya Allah kita akan menjadi salah satu dari penduduk Surga. Itulah janji
Allah. Orang yang demikian, kata Allah, akan diterima amalannya dan dimaafkan
segala kesalahannya. Bagaimanakah penjelasannya? Marilah kita bahas lebih jauh.
1. Berbuat Baik kepada Ibu Bapak.
Kenapa orang yang berbuat baik kepada ibu bapaknya menjadi calon penghuni
Surga? Sebab, orang tua adalah wakil Allah di muka Bumi, berkaitan dengan
penciptaan manusia. Kalau tidak ada orang tua kita, maka kita pun tidak akan
pernah ada di muka Bumi ini.
Karena itu, kita bisa merasakan betapa besar dan sentralnya peranan orang
tua dalam kehidupan kita. lbu kitalah yang bersusah payah mengandung,
memelihara dan mendidik sampai kita dewasa. Dan bapak kita berusaha mati-matian
untuk menafkahi keluarga. Mempertahankan hidup kita sampai dewasa. Sampai bisa
dilepas untuk bisa hidup mandiri. Maka, kata Allah di dalam ayat tersebut, anak
yang bisa membalas budi kepada orang tuanya dan mendoakan mereka termasuk
perhatian kepada anak cucunya akan memperoleh penghargaan yang tinggi dari
Allah. Orang yang seperti ini, telah 'membantu' Allah untuk menciptakan
generasi-generasi yang berkualitas di muka Bumi bagi masa depannya. Maka, ia
berhak memperoleh kebahagiaan Surga.
2. Orang Yang Pandai Bersyukur.
Orang yang pandai bersyukur menunjukkan bahwa ia adalah orang yang bijak.
Sedangkan orang yang bijak menunjukkan bahwa dia orang yang memiliki pemahaman
yang mendalam. Dan, orang yang memiliki pemahaman yang mendalam menunjukkan
bahwa ia telah makan asam garam kehidupan.
Dalam konteks agama, ia bukan hanya orang yang bisa berteori di dalam
beragama, melainkan telah menjalani agama ini dengan sepenuh hatinya. la telah
'bertemu' Allah dalam setiap aktivitas kehidupannya. Bagaimana seseorang bisa
bersyukur, kalau ia tidak pernah 'bertemu Allah'. Kepada siapakah ia bersyukur
jika ia tidak paham bahwa Allah lah Tuhan semesta alam. Bahwa Allah lah yang telah
memberinya kenikmatan itu. Baik berupa kesehatan, harta, kedudukan, ilmu
pengetahuan, dan berbagai macam kenikmatan lainnya.
Orang yang bisa bersyukur adalah orang yang telah melewati masa-masa
kritis dalam keimanannya, dalam ketakwaannya. la telah ditempa kehidupan yang
memberikan kesimpulan bahwa hidup ini temyata milik Allah. Bukan miliknya.
Karena itu, ia mensyukuri segala nikmat yang diperolehnya, sebab ia tahu persis
bahwa semua itu semata-mata pemberianNya ... ! Maka, orang yang demikian ini sangat
pantas tinggal di Surga.
3. Beramal Saleh, Mengharap Ridha Allah.
Kenapa pulakah orang yang beramal saleh pantas masuk Surga? Orang yang
beramal saleh adalah orang-orang yang sepanjang hidupnya ingin bermanfaat
sebesar-besarnya. Baik buat dirinya sendiri, buat keluarganya, buat
sahabat-sahabatnya, buat masyarakatnya, buat bangsa dan akhirnya buat syiar
agamanya.
Orang yang bisa beramal saleh adalah orang yang paham tentang misi
kehidupan dan misi beragamanya. ia telah menemukan pemahaman yang menyeluruh
(holistik) atas kehidupannya. Dan, setelah paham semua itu, ia lantas melakukan amalan yang bermanfaat
sepanjang hidupnya. Di mana pun dia berada.
Maka, orang yang
demikian adalah orang-orang yang telah melewati tahapan iman dan takwa. Sebab
Iman adalah Keyakinan. Dan Takwa adalah kemampuan mengendalikan diri saat
melakukan amalan. Kedua duanya telah dijalankannya secara praktis saat ia
melakukan amalan yang saleh.
Maka, pantaslah seorang yang banyak amalan salehnya akan memasuki Surga.
Karena sebenarnya, itu adalah gambaran praktis dari seorang yang telah tinggi
keimanan dan takwanya. Apalagi amalan salehnya itu bukan karena pamer atau
pamrih, melainkan karena ingin mencari ridha Allah.
4. Orang yang
Bertaubat.
Siapakah orang yang tidak pernah berbuat salah? Siapa pulakah manusia
yang tidak pernah berdosa? Tidak ada, kecuali hamba hambaNya yang dijaga agar
tetap makshum oleh Allah, sebagaimana Rasulullah saw. Karena itu, Allah telah
menetapkan Dirinya sebagai Dzat Yang Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Jika
Allah menghukum manusia karena kesalahannya, maka manusia seluruh muka Bumi ini
tidak ada yang tersisa satu pun dari azabNya. Tetapi Allah Maha Pengampun dan
Maha Pemaaf. Maka, sebenarnya, orang-orang yang bisa masuk Surga itu lebih
dikarenakan sifat Pengampun dan PemaafNya saja. Jika tidak, maka sungguh tidak
ada yang pantas masuk ke dalam Surga Allah itu, disebabkan oleh begitu banyak
dosa yang telah diperbuatnya.
Karena itu, Allah mengatakan di dalam ayat tersebut bahwa orang-orang
yang pantas masuk Surga itu adalah orang-orang yang selalu bertaubat
kepadaNya.Bertaubat adalah memohon ampunan dan belas kasih permaafan dari Allah
atas segala dosa dan kesalahan yang telah di perbuatnya. Dan dia berjanji
kepada dirinya sendiri dan kepada Allah untuk tidak mengulangi kesalahan itu
lagi. Kalau kita sepenuh hati memohon ampunanNya dan bertaubat, Insya Allah Dia
akan memaafkan dosa-dosa kita, sebesar apa pun dosa yang telah kita lakukan.
Tidak ada dosa di alam semesta ini yang besamya melebihi besamya Kasih Sayang
Allah. Demikian pula, tidak ada dosa di dunia ini yang besarnya mengalahkan
sifat Pengampun dan Pemaafnya Allah.
Maka, datanglah kepadaNya dengan berendah diri dan penuh penyesalan,
Insya Allah Dia akan mengampuni dosa-dosa yang pernah kita lakukan, seluruhnya.
Dan Ia akan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hambaNya di dalam Surga.
5. Berserah Diri Hanya kepada Allah Saja.
Puncak dari seluruh perjalanan keagamaan kita ini sebenarnya adalah
berserah diri kepada Allah. Seluruh tahapan-tahapan kualitas yang pernah kita
jalani dalam beragama, muaranya adalah berserah diri kepada Allah saja. Hal ini
dikemukan Allah di dalam berbagai ayatNya.
Ø QS. An Nisaa : 125
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِيناً مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لله وَهُوَ مُحْسِنٌ واتَّبَعَ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَاتَّخَذَ اللّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya di antara kalian, selain orang
orang yang berserah diri hanya kepada Allah, dan dia selalu berbuat kebajikan…”
Berserah diri adalah tingkatan tertinggi di dalam beragama Islam.
Sehingga secara retorika, Allah bertanya kepada kita : siapakah yang lebih baik
agamanya di antara manusia, kecuali orang-orang yang berserah diri kepada
Allah? Jawaban atas pertanyaan itu telah diberikan sendiri olehNya, bahwa yang
terbaik adalah berserah diri
Di ayatNya yang lain, secara tegas Allah menempatkan 'berserah diri' itu
di atas keimanan dan ketakwaan.
Ø QS. Ali Imran (3) : 102
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah
kalian dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah kalian mati kecuali
dalam keadaan berserah diri (Islam)."
Keimanan adalah langkah awal, dimana seseorang 'dianjurkan' untuk
memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan dia jalani di dalam beragama ini
adalah benar dan bermanfaat.Setelah ia peroleh keyakinan itu, maka ia mesti
menjalankan dalam kehidupan yang sesungguhnya. Sebab beragama ini memang bukan
sekadar pengetahuan dan keyakinan saja, melainkan untuk dijalani. Diamalkan.
Itulah Takwa : sebuah upaya terus-menerus untuk tetap istidomah di dalam
menjalani agama. Ini tidak mudah. Karena itu Allah mengatakan di ayat tersebut
bertakwalah kalian dengan 'sebenar benarnya'. Dengan upaya yang sangat keras
dan sungguh-sungguh.
Dan puncaknya, adalah berserah diri kepada Allah semata. Orang yang sudah
makan asam garam kehidupan dalam proses peribadatan yang sangat panjang. Ketika
seseorang sudah mencapai tingkatan 'berserah diri kepada Allah', maka bisa
dikatakan dia sudah menemukan hakikat kehidupan. Bahwa segala yang ada ini
tenyata bukan miliknya. Harta yang dia punyai pun sebenarnya bukan miliknya.
Karena ternyata, dia tidak pernah bisa menolak kehadiran maupun lenyapnya harta
itu ketika sudah waktunya.
Demikian pula istri atau suami, dan keluarga yang dicintainya. Semuanya
juga bukan miliknya. Karena suatu ketika, mereka satu per satu akan
meninggalkannya. Kekuasaan, juga tidak pernah ada yang kekal abadi. Kekuasaan
yang dia peroleh hari ini, suatu ketika harus dilepasnya pula. Dia dibatasi
oleh umur dan kondisi di sekelilingnya. Bahkan dirinya dan hidupnya. Ternyata,
juga bukan miliknya. Dia tidak pernah bisa menghindari sakit, lelah, sedih,
gembira dan berbagai masalah yang menghampiri kehidupannya. Bahkan akhirnya,
dia tidak pernah bisa melawan proses ketuaan. Suatu ketika dia harus merelakan
kehidupannya, meninggalkan dunia yang fana, untuk kembali kepada Sang Pemilik
Kehidupan.
Maka, ujung dari seluruh perjalanan kehidupannya itu, ia menyimpulkan
untuk berserah, diri kepada Allah saja. la mengakui, bahwa dirinya bukan
apa-apa. Allah lah yang memiliki dan berkuasa atas segala-galanya di alam
semesta. la letakkan seluruh rasa possessive nya, rasa kepemilikannya terhadap
dunia. Dia menata hatinya untuk kembali kepada Allah. Berserah diri
sepenuh-penuhnya, sebagaimana yang selalu ia ikrarkan dalam setiap shalatnya :
"sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku kuserahkan hanya untuk
Allah semata . . . "
Kalau sudah demikian adanya, maka sesungguhnya ia telah memperoleh Surga
dunia. Dan setelah hari kiamat nanti, Allah akan memasukkan orang itu ke dalam
Surga yang sesungguhnya. Bukan hanya 'wilayah Surga' yang penuh dengan
taman-taman indah, mata air mata air yang jernih, buah-buahan yang sedap
rasanya, serta berbagai kenikmatan kebendaan. Karena sejak di dunia ia telah
terlanjur memperoleh kesimpulan bahwa semua kenikmatan benda itu adalah 'semu
belaka'! 'Kenikmatan Yang Sejati' telah dia peroleh lewat dzikir-dzikirnya yang
panjang kepada Allah. Telah dia rasakan saat-saat shalat malam dalam keheningan semesta. Dan telah dia 'genggam'
dalam seluruh tarikan nafas maupun denyut jantungnya yang selalu membisikkan
kalimat-kalimat tauhid : Allah ... Allah ... Allah ...
B. SIFAT-SIFAT PENGHUNI
SURGA
Surga adalah suatu tempat bagi para nabi, syuhada, shadiqin dan shalihin.
Di antara sifat-sifat para penghuni surga adalah :
- Tinggi badan penghuni Surga adalah seperti Nabi
Adam a.s. yaitu 60 hasta atau 90 kaki.
- Ketampanannya seperti Nabi Yusuf a.s.
- Usianya tidak akan pernah tua seperti Nabi Isa a.s.
- Suaranya
merdu seperti suara Nabi Dawud a.s.
- Kesabarannya seperti Nabi Ayyub a.s.
- Akhlaknya seperti akhlak Nabi Muhammad saw..
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
- Ahli surga adalah tempat dimana orang-orang yang
mempuyai iman yang kuat dan tahan dari segala godaan setan yang terkutuk
- Kehidupan dunia ini semu dan kehidupan yang
sesungguhnya adalah surga yang menyediakan semua kemudahan untuk
penghuninya.
C.
Saran-Saran
1.
Semoga dengan adanya makalah ini
dapat tergerak hati kita untuk hidup dalam ketakwaan sehingga akhir dari
segalanya Allah memberikan surga bagi kita sebagai mana amalan ibadah kita
2.
Saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan agar penulis dapat memperbaiki segala
kesalahan dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Fatiah Al Adnani &
Abdur Rahman Al-Wasithi,( 2000), 1001
Wajah Manusia Di Padang Mahsyar ,
Penerbit Qultum Media
M. Ali Chasan Umar ( 1980 ), Calon-Calon Ahli Syurga
dan Ahli Neraka, Penerbit PT Toha Putra Semarang
0 komentar:
Posting Komentar