Senin, 30 Agustus 2021
Kamis, 17 Januari 2019
Manajemen Mutu MANAJEMEN RUMAH SAKIT
A.
Pengertian Mutu
Philip. B.
Crosby berpendapat bahwa :
1.
Mutu adalah derajat dipenuhinya persyaratan yang ditentukan.
2. Mutu adalah kesesuaian
terhadap kebutuhan, bila mutu rendah merupakan hasil dari ketidak sesuaian.
Mutu tidak sama dengan kemewahan. Suatu produk atau pelayanan yang sesuai
dengan segala spesifikasinya akan dikatakan bermutu, apapun bentuk produknya.
Diakui bahwa ada korelasi erat antara beaya dan mutu. Mutu harus dapat dicapai,
dapat diukur, dapat memberi keuntungan dan untuk mencapainya diperlukan kerja
keras.
Crosby mengidentifikasi 14 langkah peningkatan mutu. Kata kunci mutu:
kerjakan sesuatu dengan benar sejak awal dan kerjakan tugas yang benar dengan
baik.
a. Mutu produk dan jasa
adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari pemasaran,
engineering, manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk atau jasa pelayanan
dalam penggunaannya akan bertemu dengan harapan pelanggan (Dr. Armand V.
Feigenbaum)
b. Mutu adalah gambaran total
sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan (American Society for Quality
Control).
c. Mutu adalah Fitness for
use”, atau kemampuan kecocokan penggunaan (J.M. Juran).
d. Mutu adalah kesesuaian
terhadap permintaan persyaratan (The conformance of requirements-Philip B.
Crosby, 1979).
e. Mutu adalah suatu sifat
yang dimiliki dan merupakan suatu keputusan terhadap unit pelayanan tertentu
dan bahwa pelayanan dibagi ke dalam paling sedikit dua bagian : teknik dan
interpersonal (Avedis Donabedian, 1980)
f. Walaupun fokus utama dari
setiap teori tentang "mutu" nampak ada perbedaan, namun secara umum
menunjukkan persamaan bila diterapkan dalam pelayanan kesehatan. Persamaan yang
bisa dipetik dari teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:
B.
Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu Pelayanan
Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan
dan kekurangan gizi (Milton I Roemer dan C Montoya Aguilar, WHO,
1988).
Arti Mutu
Pelayanan Kesehatan dari beberapa sudut pandang yaitu:
a.
Pasien, Petugas Kesehatan dan Manajer
Mutu
merupakan fokus sentral dari tiap uapaya untuk memberikan pelayanan kesehatan.
b.
Pasien dan Masyarakat
Mutu
pelayanan berarti suatu empathi, respek dan tanggap akan kebutuhannya,
pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka diberikan dengan cara yang ramah
pada waktu mereka berkunjung.
c.
Petugas Kesehatan
Mutu
pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi
standar yang baik.
d.
Kepuasan Praktisioner
Suatu
ketetapan “kebagusan” terhadap penyediaan dan keadaan dari pekerja
praktisioner, untuk pelayanan oleh kolega-kolega atau dirinya sendiri
e.
Manajer
f.
Bagi yayasan atau pemilik rumah sakit
‘Mutu‘ adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan
mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak
diinginkan (JCAHO 1993).
C.
Penilaian Mutu
Pelayanan Kesehatan
Pada
umumnya untuk meningkatkan mutu pelayanan ada dua cara:
1.
Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya,
tenaga, biaya, peralatan,perlengkapan dan material
2.
Memperbaiki metode atau penerapan teknologi
yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan.
Ada tiga
Pendekatan evaluasi (penilaian) mutu, yaitu :
1.
Struktur
a.
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan
peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di
fasilitas kesehatan.
b.
Struktur = input
c.
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat
diukur dari :
·
Jumlah, besarnya input.
·
Mutu struktur atau mutu input.
·
Besarnya anggaran atau biaya.
·
Kewajaran.
2.
Outcomes
a.
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan
tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien.
b.
Dapat berarti adanya perubahan derajat
kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
c.
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala
suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
d.
Outcome jangka panjang adalah status kesehatan
dan kemampuan fungsional pasien.
3.
Proses
a.
Proses merupakan semua kegiatan yang
dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan
tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan pasien.
b.
Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan,
indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
c.
Baik tidaknya proses dapat diukur dari :
·
Relevan tidaknya proses itu bagi pasien
·
Fleksibilitas dan efektifitas
·
Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar
pelayanan yang semestinya
·
Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan.
1.
Dimensi Mutu
Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa
dalam menilai kualitas jasa/
pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas
jasa/ pelayanan, yaitu :
a)
Tangible (nyata/berwujud)
b)
Reliability (keandalan)
c)
Responsiveness (Cepat tanggap)
d)
Competence (kompetensi)
e)
Access (kemudahan)
f)
Courtesy (keramahan)
g)
Communication (komunikasi)
h)
Credibility (kepercayaan)
i)
Security (keamanan)
j)
Understanding the Customer (Pemahaman
pelanggan)
Namun, dalam
perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya dimensi mutu
pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan
dengan kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman (1990) dimensi tersebut
difokuskan menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/pelayanan, yaitu :
1)
Tangible (berwujud);
meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,karyawan dan alat-alat
komunikasi.
2)
Realibility (keandalan);
yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten
dan dapat diandalkan (akurat).
3)
Responsiveness (cepat
tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan (konsumen) dan menyediakan
jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat.
4)
Assurance (kepastian);
mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para karyawan dan kemampuan mereka
untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
5)
Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian
perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan
komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan.
2.
Manajemen Mutu
Manajemen
Mutu Philip B. Crosby:
Menurut, Philip
B. Crosby, ada “empat hal yang mutlak (absolut)” menjadi bagian integral dari
manajemen mutu, yaitu bahwa :
a.
Definisi mutu adalah kesesuaian terhadap
persyaratan (The definition of Quality is conformance to requirements)
b.
Sistem mutu adalah pencegahan (The system of
quality is prevention)
c.
Standar penampilan adalah tanpa cacat (The
performance standard is Zero Defects)
d.
Ukuran mutu adalah harga ketidaksesuaian (The
measurement of quality is the price of nonconformance)
Ada 14 langkah yang diperlukan untuk
pelaksanaan rencana Zero Defects, yaitu
1)
Komitmen Manajemen (Management
Commitment)
2)
Tim Peningkatan Mutu (Quality improvement
Team)
3)
Pengukuran-Pengukuran (Measurement)
4)
Biaya Mutu (Cost of Quality)
5)
Sadar akan Mutu (Quality awareness)
6)
Kegiatan koreksi (Corrective action)
7)
Rencana ZD (zero deffects planning)
8)
Pelatihan pekerja (employee education)
9)
Hari ZD (zero deffects day)
10) Menyusun
tujuan (Goal setting)
11) Mengganti
penyebab kesalahan (error cause removal)
12) Pengakuan
(recognition)
13) Dewan
Mutu (Quality council)
14) Kerjakan
sekali lagi (Do it ever again)
Faktor-faktor
Fundamental yang mempengaruhi mutu 9 M:
1.
Men: kemajuan teknologi, computer dan lain-lain
memerlukan pekerja-pekerja spesialis yang makin banyak.
2.
Money: meningkatnya kompetisi disegala bidang
memerlukan penyesuaian pembiayaan yang luar biasa termasuk untuk mutu.
3.
Materials: bahan-bahan
yang semakin terbatas dan berbagai jenis material yang diperlukan.
4.
Machines dan mechanization: selalu perlu
penyesuaian – penyesuaian seiring dengan kebutuhan kepuasan pelanggan.
5.
Modern Information Methods: kecepatan
kemajuan teknologi computer yang selalu harus diikuti.
6.
Markets: tuntutan pasar yang semakin tinggi dan
luas.
7.
Management: tanggung jawab
manajemen mutu oleh perusahaan.
8.
Motivation: meningkatnya
mutu yang kompleks perlu kesadaran mutu bagi pekerja-pekerja.
9.
Mounting Product Requirement: persyaratan
produk yang meningkat yang diminta pelanggan perlu penyesuaian mutu terus
menerus.
3.
Kepuasan
Pelanggan
Kepuasan adalah
tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingka
penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan
seseorang (Philip Kotler). Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan,
harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menye diakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih
efektif. Apa bila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif
dan tidak efisien. Hal ini terutama sangat penting bagi pelayanan publik.
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam
mengembangkan suatu sistim penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksi malkan
dampak pelayanan terhadap populasi sasaran (Triatmojo,
2006).
Dalam rangka
mengembangkan mekanisme pemberianpelayanan yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan
harapan pelanggan, perlu mengetahui apa yng dipikirkan pelanggan tentang jenis, bentuk dan orang yang
memberi pelayanan.
Lupiyoadi
(2001:158) menyatakan bahwa dalam menentukan tingkat kepuasan,
terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan,
yaitu:
1.
Kualitas produk; Pelanggan
akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang
mereka gunakan berkualitas.
2.
Kualitas pelayanan; Terutama
untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan
pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.
3.
Emosional; Pelanggan akan merasa bangga dan
mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan
produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan lebih
tinggi.
Kepuasan
yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai social atau self
esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
4.
Harga; Produk yang mempunyai kualitas sama
tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih
tinggi kepada pelanggannya.
5.
Biaya; Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau
jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.
Keistimewaan
produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan diantaranya yaitu :
1.
Mutu yang lebih tinggi dari produk memungkinkan
(memberikan manfaat) untuk:
a.
Meningkatkan kepuasan pelanggan.
b.
Membuat produk mudah laku dijual
c.
Memenangkan persaingan
d.
Meningkatkan pangsa pasar
e.
Memperoleh pemasukan dari penjualan
f.
Menjamin harga premium
g.
Dampak yang teruatama adalah terhadap penjualan
h.
Biasanya, mutu yang lebih tinggi membutuhkan
biaya lebih banyak
2.
Mutu yang bebas dari kekurangan :
a.
Mengurangi tingkat kesalahan
b.
Mengurangi pekerjaan ulang dan pemborosan
c.
Mengurangi kegagalan di lapangan, beban garansi
d.
Mengurangi ketidakpuasan pelanggan
e.
Mengurangi keharusan memeriksa dan menguji
f.
Memendekkan waktu guna melempar produk baru ke
pasar
g.
Tingkatkan hasil/kapasitas
h.
Meningkatkan kinerja pengiriman
i.
Dampak utama biaya
j.
Biasanya mutu lebih tinggi biayanya lebih
sedikit
a.
Mengukur Kepuasan Pelanggan :
Puas atau tidak
puas seseorang tergantung pada
a.
Sikapnya terhadap ketidaksesuaian (rasa senang
atau tidak senang).
b.
Tingkatan daripada evaluasi “baik atau
tidak” untuk dirinya, melebihi atau di bawah standar.
Kepuasan pelanggan adalah indikator pertama dari standar
suatu rumah sakit dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pelangganyang rendah akan berdampak terhadap jumlah
kunjungan yang akan mempengaruhi provitabilitas rumah sakit, sedangkan sikap
karyawan terhadap pelanggan juga akan berdampak terhadap kepuasan pelanggandimana kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu akan meningkat,
begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan.
Kepuasan pelanggan, sangat berhubungan dengan kenyaman,
keramahan, dan kecepatan pelayanan. Kepuasan pelanggan, merupakan indikator yang berhubungan dengan
jumlah keluhan pelanggan atau keluarga, kritik dalam
kolom surat pembaca, pengaduan mal praktek, laporan dari staf medik
dan perawatan dsb.
Bentuk kongkret
untuk mengukur kepuasan pelanggan rumah sakit, dalam seminar survai kepuasan pelanggan di RS, Junadi (2007), mengemukakan ada
empat aspek yang dapat diukur yaitu: Kenyamanan, Hubunganpelanggan dengan petugas, kompetensi petugas dan
biaya.
1)
Kenyaman, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan
tentang lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan ruangan, makanan dan
minuman, peralatan ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan WC, pembuangan
sampah, kesegaran ruangan dll.
2)
Hubungan pelanggan dengan petugas Rumah Sakit, dapat
dijabarkan dengan pertanyaan yang menyangkut keramahan, informasi yang
diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi, responsi, support, seberapa tanggap
dokter / perawat di ruangan IGD, rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan
dokter / perawat dihubungi, keteraturan pemberian meal, obat, pengukuran suhu
dsb.
3)
Kompetensi teknis petugas, dapat dijabarkan
dalam pertanyaan kecepatan pelayanan pendaftaran, keterampilan dalam
penggunaan teknologi, pengalaman petugas medis, gelar medis yang dimiliki,
terkenal, keberanian mengambil tindakan, dsb.
4)
Biaya, dapat dijabarkan dalam pertanyaan
kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis
lainnya, tingkat masyarat yang berobat, ada tidaknya keringan bagi masyarakat
miskin dsb.
Dalam
konsep quality assurance (QA), kepuasan pelanggan dipandang sebagai unsur penentu penilaian baik
buruknya sebuah rumah sakit. Unsur penentu lainnya dari empat komponen yang
mempengaruhi kepuasanadalah: aspek klinis, efisiensi dan efektivitas
dan keselamatan pelanggan. Aspek Klinis, merupakan komponen yang
menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terkait dengan teknis
medis. Efisiensi dan efektivitas, menunjuk pada pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada
diagnosa dan terapi yang berlebihan. Aspek Keselamatan pelanggan, adalah upaya perlindungan pelanggan dari hal-hal yang dapat memba hayakan
keselamatan pelanggan, seperti jatuh, kebakaran, dll. Kepuasan pelanggan, sangat berhubungan dengan kenyaman,
keramahan, dan kecepatan pelayanan.
Jaminan
mutu pelayanan di Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu
faktor penting dan fundamental khususnya bagi manajemen RS itu sendiri dan para
stakeholdernya, pasalnya dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah
sakit. Bagi Rumah Sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat RS mampu untuk
bersaing dan tetap exist di masyarakat. Bagipelanggan, QA dapat dijadikan sebagai faktor untuk
memilih RS yang bermutu dan baik.
Bagi praktisi
medis, selain terikat dengan standar profesinya, dengan adanya QA para praktisi
medis dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati – hati dalam menjaga
mutu pelayanannya. Dan bagi pemerintah sendiri, adanya QA dapat menjadikan
standar dalam memutuskan salah benarnya suatu kasus yang terjadi di Rumah sakit
(Heriandi, 2007).
d.
Pandangan Pasien terhadap Mutu
Pandangan
pasien terhadap Mutu Klinik, yaitu :
1.
Dokter terlatih dengan baik.
2.
Melihat dokter yang sama setiap visite.
3.
Perhatian pribadi dokter terhadap pasien.
4.
Privacy dalam diskusi penyakit.
5.
Ongkos klinik terbuka.
6.
Waktu tunggu dokter yang singkat.
7.
Informasi dari dokter.
8.
Ruang istirahat yang baik.
9.
Staf yang menyenangkan.
10. Ruang tunggu
yang nyaman.
e.
Mutu pelayanan rumah sakit (RS) dapat
ditelaah dari tiga hal yaitu:
1.
Struktur (sarana fisik, peralatan, dana, tenaga
kesehatan dan nonkesehatan, serta pasien),
2.
Proses (manajemen RS baik manajemen
interpersonal, teknis maupun pelayanan keperawatan yang kesemuanya tercermin
pada tindakan medis dan nonmedis kepada pasien)
3.
Outcome
a)
Aspek
Mutu
yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai mutu pelayanan RS yaitu:
·
penampilan keprofesian (aspek klinis),
·
efisiensi dan efektivitas,
·
keselamatan
·
kepuasan pasien.
b)
Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan
pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku
petugas RS, antara lain :
·
keterlambatan pelayanan dokter dan perawat.
·
dokter sulit ditemui.
·
dokter yang kurang.
·
komunikatif dan informatif.
·
lamanya proses masuk pasien RS.
f.
Indikator kepuasan pasien di Ruah Sakit yaitu:
a)
Pelayanan masuk RS:
1)
Lama waktu pelayanan sebelum dikirim ke ruang
perawatan.
2)
Pelayanan petugas yang memproses masuk ke ruang
perawatan.
3)
Kondisi tempat menunggu sebelum dikirim ke
ruang perawatan.
4)
Pelayanan petugas Instalasi Gawat Darurat(IGD).
5)
Lama pelayanan di ruang IGD.
6)
Kelengkapan peralatan di ruang IGD.
b)
Pelayanan dokter:
1)
Sikap dan perilaku dokter saat melakukan
pemeriksaan rutin.
2)
Penjelasan dokter terhadap pengobatan yang akan
dilakukannya.
3)
Ketelitian dokter memeriksa responden.
4)
Kesungguhan dokter dalam menangani penyakit
responden.
5)
Penjelasan dokter tentang obat yang harus
diminum.
6)
Penjelasan dokter tentang makanan yang harus
dipantang.
7)
Kemanjuran obat yang diberikan dokter.
8)
Tanggapan dan jawaban dokter atas keluhan
responden.
9)
Pengalaman dan senioritas dokter.
c)
Pelayanan perawat:
1)
Keteraturan pelayanan perawat setiap hari
(pemeriksaan nadi, suhu tubuh, dan sejenisnya)
2)
Tanggapan perawat terhadap keluhan responden
3)
Kesungguhan perawat melayani kebutuhan
responden
4)
Keterampilan perawat dalam melayani (menyuntik,
mengukur tensi, dan lain -lain)
5)
Pertolongan sifatnya pribadi (mandi, menyuapi
makanan, dan sebagainya)
6)
Sikap perawat terhadap keluarga pasien dan
pengunjung/tamu pasien
7)
Pemberian obat dan penjelasan cara meminumnya
8)
Penjelasan perawat atas tindakan yang akan
dilakukannya
9)
Pertolongan perawat untuk duduk, berdiri, dan
berjalan.
d)
Pelayanan makanan pasien:
1)
Variasi menu makanan
2)
Cara penyajian makanan
3)
Ketepatan waktu menghidangkan makanan
4)
Keadaan tempat makan (piring, sendok)
5)
Kebersihan makanan yang dihidangkan
6)
Sikap dan perilaku petugas yang menghidangkan
makanan.
e)
Sarana medis dan obat-obatan:
1)
Ketersediaan obat-obatan di apotek RS
2)
Pelayanan petugas apotek RS
3)
Lama waktu pelayanan apotek RS
4)
Kelengkapan peralatan medis sehingga tak perlu
dikirim ke RS lain untuk pemakaian suatu alat
5)
Kelengkapan pelayanan laboratorium RS
6)
Sikap dan perilaku petugas pada fasilitas
penunjang medis.
7)
Lama waktu mendapatkan kepastian hasil dari
penunjang medis.
f)
Kondisi fasilitas RS (fisik RS):
1)
Keterjangkauan letak RS
2)
Keadaan halaman dan lingkungan RS
3)
Kebersihan dan kerapian gedung, koridor, dan
bangsal RS
4)
Keamanan pasien dan pengunjung RS
5)
Penerangan lampu pada bangsal dan halaman RS di
waktu malam
6)
Tempat parkir kendaraan di RS.
g)
Kondisi fasilitas ruang perawatan:
1)
Kebersihan dan kerapian ruang perawatan
2)
Penerangan lampu pada ruang perawatan
3)
Kelengkapan perabot ruang perawatan
4)
Ruang perawatan bebas dari serangga (semut,
lalat, nyamuk).
h)
Pelayanan administrasi keluar RS:
1)
Pelayanan administrasi tidak berbelit-belit dan
menyulitkan
2)
Peraturan keuangan sebelum masuk ruang
perawatan
3)
Cara pembayaran biaya perawatan selama dirawat
4)
Penyelesaian administrasi menjelang pulang
5)
Sikap dan perilaku petugas administrasi
menjelang pulang.
D.
Kesimpulan
1)
Pelayanan yang baik adalah pelayanan
berorientasi terhadap upaya peningkatan mutu untuk memenuhi harapan atau
kepuasan pelanggan. Mutu sulit didefinisikan, namun esensi mutu dan aplikasinya
dalam pelayanan kesehatan dapat diukur, dimonitor dan dinilai hasilnya.
2)
Mutu itu dinamis, upaya peningkatan mutu tidak
pernah berhenti tetapi selalu berkelanjutan sesuai dengan perkembangan iptek,
tatanan nilai dan tuntutan masyarakat serta lingkungannya, agar dapat tetap
eksis dalam persaingan global. Peningkatan mutu berarti peningkatan kinerja
sehingga akan memperoleh kepuasan pelanggan dengan mempertimbangkan efisiensi
(biaya) itu sendiri. Meningkatkan kinerja berarti meningkatkan mutu pelayanan
telah dimulai agar dapat eksis dalam persaingan global.
3)
Kepuasan pelanggan/pasien dipandang sebagai
unsur penentu penilaian baik buruknya sebuah rumah sakit. Pelayanan yang baik
dari suatu rumah sakit akan membuktikkan rumah sakit tersebut bermutu baik
pula. Hal ini dilihat dari respon pelangga/ pasien yang datang berkunjung ke
rumah sakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Hardiman. 2003. Rumah
Sakit Indonesia Belum Siap Bersaing. (online), (http://www.kompas.com/kompas-cetakr/0412/22/1455383
html4k (diakses tanggal 08 Mei 2014).
Adikoesoemo, S. 1995. Manajemen
Rumah Sakit. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Anonim, 2007. Bali Dalam
Angka, Denpasar : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
Anonim. 1997. Manajemen
Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Pusat Pendidikan dan Latihan
Pegawai.
Azwar, Azrul.
Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan. 1996.
Barnes, James G. 2003. Rahasia
Manajemen Hubungan Pelanggan. Terjemahan Andreas Winardi. Yogyakarta: Andi.
Jurnal Manajemen Pelayanan. 2005
Munijaya,
A. Gde.2004. “Manajemen Kesehatan Edisi 2”. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
WHO.
1995. “Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer”. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Wijono,
Djoko. 1999. “Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan”. Surabaya: Airlangga
University Press.
http://clubpenakita.blogspot.com/2009/06/manajemen-rumah-sakit_12.html
(diakses tanggal 08 Mei 2014).
http://iwanbhs.blogspot.com/2011/07/pengertian-rumah-sakit.html
(diakses tanggal 08 Mei 2014).
Langganan:
Postingan (Atom)